Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto memimpin pertemuan yang digelar di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Sabtu. Hasto didampingi Ketua DPP PDIP Ahmad Basarah, Mindo Sianipar, I Made Urip, Sukur Nababan, dan Eriko Sotarduga.
"Kepada para senior yang sudah berjuang dan terus berjuang untuk Indonesia Raya kita, selamat datang dalam forum kangen-kangenan ini. Salam dari Ibu Megawati Soekarnoputri," kata Hasto mengawali sambutannya.
Para senior PDIP yang hadir itu antara lain, Panda Nababan, Tumbu Saraswati, Rahmat Hidayat, Rudi Harsa, Emir Moeis, Dewi Jakse, Andreas Pareira, Firman Djaya Daeli, Jacob Tobing, Teras Narang, Idham Samawi, Agnita Singedekane, Pataniari Siahaan, Bambang Praswanto, HM. Sukira, Sirmadji, Daryatmo Mardiyanto.
Selain itu, Hendrawan Supratikno, Ben Vincent Djeharu, William Tutuarima, Roni Hutagaol, Fachruddin, Nur Suhud, Sidarto Danusubroto, Pantas Nainggolan, Suryo Sumpeno, Yannie Mboik, Karel A. Ralahalu, Trimedya Panjaitan, Murdoko, Suryadi Khusaeni, Adang Ruchiatna, Arif Budimanta, Singgih Sanyoto dan Waluyo Marto Sugito.
Layaknya junior bertemu senior, Hasto dan para Ketua DPP menunjukkan hormat dengan menyalami dan menyapa para senior Banteng itu satu per satu.
"Jadi pertemuan hari ini juga dalam rangka ulang tahun PDI Perjuangan yang ke-50. Tugas kami mendengarkan dari para senior yang menyampaikan keinginan kapan bisa berkumpul dan memberi masukan-masukan yang berguna bagi PDI Perjuangan untuk sekarang dan masa depan," ucap Hasto dalam siaran persnya.
Hasto menjelaskan lokasi pertemuan yang sekarang biasa disebut Sekolah Partai PDIP.
"Tempat ini sudah diubah sekarang menjadi sekolah partai, sengaja dibuat dalam nuansa tokoh-tokoh pejuang. Antara lain ada gambar Bung Karno, HOS Tjokroaminoto, KH Hasyim Asyiari, KH Ahmad Dahlan, I Gusti Ngurah Rai" papar Hasto.
Selama pandemi COVID-19, kata dia, sebanyak 112 kantor partai telah selesai dibangun atas nama Partai dan tidak bisa dijualbelikan dan di tempat-tempat penting bagi Bung Karno telah dibangun kantor Partai seperti di Bandung, Ende dan Bengkulu.
DPP PDIP pun akan terus berupaya melakukan upaya institusionalisasi Partai.
"Proses institusionalisasi, tiga tahun berturut-turut PDI Perjuangan masuk kategori partai informatif dengan ranking yang membanggakan. Tradisi intelektual juga terus dibangun," lanjut pria asal Yogyakarta itu.
Dalam kesempatan itu, Hasto meminta para senior partai untuk menuliskan kesan atas perjalanan PDIP selama ini.
"Alangkah bagusnya kalau para senior Partai dalam rangka 50 tahun PDI Perjuangan yang akan dirayakan 10 Januari 2023 yang akan datang, menuliskan tentang Partai. Dua atau tiga lembar, itu sudah sangat bagus," kata Hasto.
Dia mengakui permintaan DPP kepada para senior itu terkesan mendadak dan waktunya singkat.
"Walaupun waktunya agak mepet, tapi kita sudah biasa kerja cepat. Nanti mohon dituliskan baik kesan-kesan dalam perjuangan. Ini bisa menjadi sumbangan para senior dalam merayakan HUT ke-50 PDI Perjuangan," harap Hasto.
Dia mengatakan dalam tradisi perjuangan kepartaian yang diketahui tidak mudah dilakukan, dan para senior PDIP tersebut punya pengalaman yang unik dan penting dan nilai perjuangan yang perlu disampaikan sebagai bagian proses kaderisasi.
"Walaupun mepet bisa menghasilkan buku untuk dicetak dan dipersembahkan pada ulang tahun partai mendatang," ujar Hasto.
Pertemuan berjalan secara hangat dan terbuka. Banyak masukan dan pandangan yang disampaikan kepada DPP PDIP.
Sekjen PDIP bersama para Ketua DPP mencatat poin-poin yang disampaikan. Terjadi dialog yang hangat selama pertemuan.
Secara khusus, Ahmad Basarah mencatat masukan terkait soal sejarah perjalanan dan perjuangan partai. Pertemuan diakhiri dengan sesi foto bersama di depan Sekolah Partai. Mereka bergurau dalam suasana yang sangat cair.
Baca juga: Rudianto Tjen minta kader PDIP turun ke masyarakat
Baca juga: PDIP: Penghargaan parpol informatif terbaik jadi cambuk perbaikan
Baca juga: Hasto ungkap alasan PDIP gunakan nomor urut parpol lama
Baca juga: PDIP mulai tahapan seleksi bacaleg melalui pendidikan antikorupsi
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2022